Rabu, 05 Desember 2012

1001 Malam Raja Syahrayar Dan Raja Syahzaman

Syahdan, di zaman dahulu kala hiduplah seorang raja dari Dinasti Sasan yang memiliki dua orang putra. Pangeran pertama lebih tua daripada pangeran yang kedua. Kedua orang pangeran tersebut sama-sama terampil menunggang kuda dan bertempur, meskipun pangeran yang lebih tua lebih pandai menunggang kuda dibandingkan adiknya. Pangeran yang lebih tua dikenal dengan nama Raja Syahrayar, sedangkan adiknya bernama Syahzaman. Raja Syahrayar adalah seorang penguasa yang adil terhadap rakyatnya. Kekuasaannya meliputi wilayah Samarkand. Pada mulanya, segala sesuatunya berjalan dengan baik. Kedua orang putra raja itu memerintah kerajaan yang mereka pimpin masing-masing dengan adil. Sampai pada suatu ketika, setelah dua puluh tahun berlalu, Raja Syahrayar mulai tak kuasa lagi menahan kerinduannya untuk bertemu dengan adiknya, Syahzaman. Raja Syahrayar kemudian memerintahkan salah seorang menterinya untuk mengundang adiknya. Menteri yang diperintah untuk menemui adiknya itu segera berangkat untuk menyampaikan pesan Raja Syahrayar kepada adik­ nya Syahzaman. Setibanya di istana Syahzaman, setelah mengucapkan salam, sang menteri menyampaikan pesan dari Raja Syahrayar bahwasanya beliau telah amat rindu untuk dapat segera bertemu dengan Syahzaman, sehingga beliau meminta kesediaan adiknya itu untuk segera datang berkunjung ke istananya. Tanpa pikir panjang, Syahzaman langsung menyatakan kesediaannya memenuhi undangan kakaknya. la pun segera mempersiapkan keberangkatannya untuk menemui kakaknya itu. Syahzaman bahkan langsung menunjuk salah seorang menterinya untuk menggantikan kedudukannya menangani berbagai urusan kerajaan selama kepergiannya. Belum lagi setengah perjalanan dilaluinya, tiba-tiba pada pertengahan malam, Syahzaman teringat akan sebuah barang yang tertinggal di istana, maka ia pun segera kembali ke istana untuk mengambil barang tersebut. Setibanya di istana, Syahzaman langsung masuk ke dalam kamarnya. Bukan main terkejutnya Syahzaman, ketika di dalam kamarnya dia mendapati permaisurinya sedang tidur sambil memeluk seorang budak . Demi melihat kejadian itu, dunia menjadi terasa begitu gelap. Syahzaman langsung mencabut pedangnya dan ditikamnyalah kedua orang yang sedang berduaan di atas tempat tidurnya itu hingga keduanya tewas seketika. Setelah memerintahkan agar kedua mayat itu untuk segera dikuburkan, Syahzaman kembali melanjutkan niatnya semula untuk mengunjungi kakaknya. Singkat cerita, Syahzaman akhirnya tiba di negeri yang dipimpin oleh kakaknya Raja Syahrayar. Bukan main gembiranya Raja Syahrayar menyambut kedatangan saudara kandungnya itu. Seluruh kota bahkan telah dihias dengan berbagai macam hiasan untuk menyambut kedatangan sang adik yang amat dirindukannya. Karena telah begitu lama tidak saling berjumpa, kedua orang kakak beradik itu langsung tenggelam di dalam perbincangan untuk mengobati rindu yang selama ini mereka rasakan. Tetapi, rupanya hal itu tidak berlangsung lama, karena Syahzaman kembali teringat peristiwa yang mengoyak hatinya yang terjadi tepat sebelum keberangkatannya untuk menemui kakaknya. Mendung pun kembali menggelayuti wajah Syahzaman. Mukanya menjadi pucat dan tubuhnya tampak lesu. Melihat ada yang tidak beres pada diri adiknya, Raja Syahrayar menyangka bahwa hal itu disebabkan oleh kepergian Syahzaman ke istananya untuk ber­ temu dengan dirinya. Raja Syahrayar mengira, bahwa kepergian adiknya dari negeri yang dicintainya itulah yang menyebabkan dia menjadi tampak kurang sehat. Raja Syahrayar pun membiarkan adiknya dan tidak menanyakan apa pun tentang hal itu. Setelah beberapa hari kemudian ternyata kondisi adiknya tidak menunjuk- kan perubahan, akhirnya Raja Syahrayar berusaha untuk menghiburnya. "Adikku, ayolah ikut denganku untuk berburu, agar perasaanmu dapat kembali tenang," ujar Syahrayar. Akan tetapi Syahzaman menolak ajakan kakaknya itu, dan Raja Syahrayar pun akhirnya pergi berburu tanpa disertai adiknya. Setelah kakaknya pergi berburu, Syahzaman berdiri memandangi taman istana yang tampak dari jendela yang terbuka lebar. Dari balik jendela itulah, tiba-tiba Syahzaman melihat dua puluh orang budak perempuan keluar bersama dua puluh orang budak laki-laki dan tampak pula permaisuri kakaknya berjalan di antara budak -budak itu. Sang permaisuri terlihat begitu cantik. Sesampainya mereka di pancuran istana, kedua puluh pasang budak itu melepaskan semua pakaian yang mereka kenakan dan kemudian mereka duduk berpasang-pasangan. Terdengar sang permaisuri memanggil salah seorang budaknya, "Wahai Mas'ud, kemarilah!" Dan muncullah seorang budak hitam yang langsung menghampiri permaisuri. Permaisuri kemudian memeluk budak itu dan keduanya langsung bercumbu. Begitu pula halnya para budak yang lain, mereka juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh permaisuri. Mereka terus melakukan hal itu hingga senja datang. Sementara dari balik jendela, Syahzaman menyaksikan semua itu dengan hati yang masyghul. Malam harinya, ketika Syahzaman tengah menyantap makan malam, kakak­ nya Raja Syahrayar pulang dari perburuan dan langsung menemuinya. Raja Syahrayar terkejut karena dia melihat adiknya menyantap makanan dengan sedemikian lahapnya. Wajah adiknya itu juga tampak lebih segar dan sudah tidak pucat lagi. "Ketika pagi tadi kau kutinggal berburu, wajahmu tampak pucat. Apa yang sebenarnya terjadi padamu seharian ini, sehingga kau kini tampak lebih sehat dan lebih segar?" tanya Raja Syahrayar kepada adiknya. Syahzaman menjawab, "Kakakku, ketika kau memerintahkan salah se­ orang menterimu untuk mengundangku datang ke sini, saat itu aku langsung menyetujui undanganmu itu dan segera berangkat ke sini. Tetapi di tengah perjalanan, aku teringat bahwa permata yang akan kuberikan padamu ternyata masih tertinggal di dalam istanaku. Aku pun segera kembali untuk mengambil permata itu. Namun , tahukah kau apa yang terjadi? Setibanya aku di dalam istana, kudapati istriku tengah asyik tidur berduaan dengan salah seorang budakku . Karena tak kuasa menahan amarah, aku pun langsung membunuh mereka berdua . Jadi kakakku , sebenarnya ketika aku datang memenuhi undanganmu ke sini, hatiku masih dijelali kegalauan yang muncul disebabkan peristiwa itu, sehingga wajahku pun menjadi pucat dan tubuhku lemas. Tetapi kini kesehatanku telah kembali pulih, meski untuk menuturkan penyebabnya aku terlebih dulu harus meminta maaf padamu karena sepertinya aku tidak mungkin menyampaikan hal itu padamu ." Tetapi, Raja Syahrayar terus mendesak. Dia berkata, "Dengan nama Allah, kuharap kau bersedia memberitahu aku apa yang sebenarnya telah menyebabkan keadaanmu kembali pulih." Karena merasa segan pada kakaknya, Syahzaman akhirnya menceritakan semua kejadian yang dilihatnya di taman istana siang tadi. Namun rupanya Raja Syahrayar tidak sepenuhnya mempercayai apa yang dituturkan oleh adiknya itu. Dia berkata, "Aku tidak dapat mempercayai ceritamu itu, sampai aku melihat kejadian itu dengan kedua mata kepalaku sendiri." Tak kurang akal, Syahzaman mengajukan sebuah usul, "Baiklah, kalau begitu besok pagi berpura-puralah seolah kau hendak pergi berburu. Setelah itu, bersembunyilah bersamaku untuk melihat peristiwa seperti yang telah kuceritakan tadi, langsung dengan kedua mata kepalamu sendiri." Keesokan harinya, Raja Syahrayar kembali mempersiapkan pasukan yang akan diajaknya berburu. Pasukan yang akan mengawalnya tampak telah siap dengan segala sesuatunya. Tenda untuk berburu pun telah disiapkan. Raja Syahrayar kemudian keluar dari istananya menuju tenda yang telah disediakan untuknya itu dan kemudian, secara diam-diam, Syahrayar keluar dari tenda dan kembali memutar masuk ke dalam istana untuk menemui Syahzaman. Kedua kakak beradik itu kemudian duduk di jendela di seberang taman istana untuk melihat gerangan apakah yang akan terjadi. Benar. Tak berapa lama berselang, masuklah sang permaisuri bersama beberapa orang budak laki-laki dan perempuan . Dan mereka pun kembali melakukan hal yang sama dengan apa yang telah diceritakan oleh Syahzaman kepada Raja Syahrayar. Ketika Raja Syahrayar melihat peristiwa menjijikkan itu dengan kedua matanya sendiri, dia merasa seolah-olah ingatannya telah hilang. Dia lalu berkata kepada adiknya, "Ayo kita pergi dari tempat ini. Sungguh, kita tidak membutuhkan kerajaan seperti ini, sampai kita tahu bahwa ada orang lain yang mengalami apa yang kita alami. Lebih baik kita mati, karena kematian tampaknya lebih baik buat kita berdua." Syahzaman menuruti ajakan kakaknya. Melalui sebuah pintu rahasia, kedua orang kakak beradik itu akhirnya pergi meninggalkan istana. Mereka terus berjalan mengikuti langkah kaki mereka sampai akhirnya mereka tiba di sebatang pohon yang tumbuh di tengah sabana. Kebetulan, di dekat pohon itu terdapat sebuah mata air yang letaknya berdekatan dengan bibir pantai. Mereka pun minum dari mata air tersebut dan kemudian duduk untuk melepas lelah. Terik siang baru akan redup ketika tiba-tiba Syahrayar dan Syahzaman melihat di tengah lautan muncul sesosok makhluk hitam yang tinggi menjulang ke angkasa. Setelah tegak berdiri, sosok hitam itu lalu menghampiri tempat di mana mereka sedang beristirahat. Melihat sosok hitam itu mendekat, Syahrayar dan Syahzaman merasa amat ketakutan dan segera berusaha memanjat pohon yang menjadi tempat mereka berteduh . Dari atas pohon yang mereka panjat itu, mereka dapat melihat apa sebenarnya sosok besar hitam yang tadi muncul dari tengah laut. Ternyata, yang menghampiri Syahrayar dan Syahzaman adalah sesosok jin yang tubuhnya tinggi besar dan membawa sebuah peti di atas kepalanya. Jin itu terus berjalan menghampiri pohon di mana kedua orang kakak beradik itu bersembunyi, dan kemudian duduk di bawahnya. Setelah duduk, jin itu menurunkan peti yang dibawa di atas kepalanya dan mengeluarkan sebuah kotak yang tersimpan di dalamnya. la lalu membuka kotak itu. Ajaib. Ternyata di dalam kotak kecil itu terdapat seorang anak gadis yang tubuhnya memancarkan sinar layaknya matahari. Sambil memandangi anak gadis yang disembunyikan di dalam kotak yang dipegangnya, jin itu berkata, "Hai gadis yang kuculik pada malam pengantin, aku akan tidur barang sejenak." Jin itu kemudian meletakkan kepalanya di atas bahu gadis tersebut dan langsung tertidur. Setelah jin yang menculiknya tertidur, gadis yang malang itu menengadah- kan kepalanya ke atas pohon untuk melihat siapa gerangan yang bersembunyi di sana. Di atas pohon terlihat olehnya kedua orang yang sedang bersembunyi. Dengan amat hati-hati, gadis itu lalu mengangkat kepala jin yang bersandar di bahunya dan meletakkannya di atas tanah, dan kemudian ia berdiri di bawah pohon. Di bawah pohon, gadis itu menggerak-gerakkan tangannya untuk memberi isyarat kepada kedua orang yang sedang bersembunyi di atas pohon agar segera turun . Gadis itu berseru, "Turunlah, kalian berdua tidak perlu takut kepada jin ini." Mengetahui bahwa si jin telah terlelap, Syahrayar dan Syahzaman akhirnya memberanikan diri untuk memenuhi panggilan gadis tersebut dan turun dari atas pohon untuk menghampiri gadis yang memanggil mereka. Ketika Syahrayar dan Syahzaman telah sampai di dekatnya, gadis itu mengeluarkan sebuah kantung dari dalam sakunya. Kemudian dari dalam kantung itu, ia mengeluarkan seutas tali yang terkait padanya lima ratus tujuh puluh buah cincin. Kemudian gadis itu berkata, "Apakah kalian berdua mengetahui benda apa yang sedang kupegang ini?" "Tidak, kami tidak tahu," jawab Syahrayar dan Syahzaman. "Tanpa sadar, para pemilik cincin-cincin ini menyerahkan begitu saja barang-barang yang mereka miliki kepadaku disebabkan kekuatan yang dimiliki jin ini. Maka sekarang berikanlah cincin yang kalian miliki," ujar si gadis. Syahrayar dan Syahzaman kemudian memberikan cincin yang mereka kenakan kepada gadis itu. Si gadis lalu berkata, "Sebenarnya jin ini telah menculikku pada malam pernikahanku. Setelah aku diculik, ia meletakkanku di dalam sebuah kotak kecil yang dia simpan di dalam sebuah peti yang dikunci dengan menggunakan tujuh buah kunci. Dan sesudah itu, dia meletakkan peti di mana aku terkunci di dalamnya di dasar lautan yang berombak besar. Rupanya jin itu tidak mengetahui bahwa jika seorang perempuan menginginkan sesuatu, maka dia tidak akan pernah menyerah." Dengan kepala yang dipenuhi seribu pertanyaan, kedua orang kakak beradik itu akhirnya kembali pulang ke istana Raja Syahrayar. Setibanya di istana, Raja Syahrayar langsung memenggal istrinya beserta semua budak yang telah melakukan perbuatan nista di dalam istananya. Dan sejak saat itu, setiap hari Raja Syahrayar selalu memerintahkan untuk disediakan seorang perawan untuk dibunuh setelah sebelumnya Raja Syahrayar terlebih dulu menikmati keperawanan gadis yang dipersembahkan untuknya. Tiga tahun telah berlalu. Raja Syahrayar masih terus melakukan kebiasaan biadabnya itu. Seluruh rakyat yang tinggal di dalam daerah kekuasaannya dicekam ketakutan yang luar biasa, sementara para gadis banyak yang sudah melarikan diri keluar dari wilayah kerajaan. Sampai ketika seluruh perawan yang tinggal di ibu kota kerajaan hampir habis, Raja Syahrayar kembali meminta menterinya untuk menyediakan perawan seperti hari-hari sebelumnya. Dengan susah payah sang menteri mencari perawan untuk dipersembahkan kepada Raja Syahrayar, namun usaha sang menteri sia-sia karena tak seorang pun perawan yang berhasil dia temukan. Dengan perasaan tak menentu sang menteri kembali ke rumahnya, sementara kecemasan terus menghantuinya disebabkan ketakutannya yang luar biasa terhadap raja. Alkisah, menteri ini memiliki dua orang putri yang cantik dan cerdas. Yang sulung bernama Syahrazad, sedangkan yang bungsu bernama Dunyazad. Syahrazad adalah seorang putri yang cerdas dan telah membaca begitu banyak buku tentang sejarah, riwayat hidup para raja kuno , dan kisah umat -umat terdahulu. "Mengapa ayah tampak resah dan gelisah?" Syahrazad bertanya kepada ayahnya . Ayahnya kemudian menceritakan perkara yang merisaukan dirinya. "Demi Allah, nikahkanlah aku dengan raja lalim itu. Sungguh sepenuhnya aku rela, tak peduli apakah diriku bisa selamat atau harus mati sebagai tumbal untuk menyelamatkan gadis-gadis yang tinggal di kota ini dari kebiadaban raja," ujar Syahrazad. "Tidak, demi Tuhan aku tidak mungkin membiarkan dirimu terperosok ke dalam bahaya," ayahnya menolak. "Tapi, ayah tidak punya pilihan lain, bukan ?" Syahrazad terus mendesak ayahnya. Mengetahui bahwa tidak ada jalan lain, akhirnya sang menteri bersedia mengabulkan permohonan Syahrazad dan ia pun langsung bersiap-siap untuk menghadap raja bersama putri kesayangannya itu. Sebelum berangkat, Syahrazad berpesan kepada adiknya Dunyazad, "Jika kakak telah tiba di istana raja Syahrayar, kakak akan meminta kau untuk datang ke istana. Dan setelah kau tiba di istana, kakak mengharapkan bantuanmu untuk meminta kakak untuk menceritakan sebuah cerita, sehingga dengan permintaanmu itu, kakak akan memiliki kesempatan untuk menceritakan sebuah kisah yang insya Allah dapat menjadi jalan keluar dari semua masalah ini." Tak berapa lama kemudian , bersama ayahnya, Syahrazad berangkat menghadap Raja Syahrayar. Setibanya di istana, Syahrazad langsung berpura-pura menangis. Raja pun bertanya padanya tentang gerangan apa yang membuatnya menangis. Syahrazad menjawab bahwa ketika berangkat tadi dia belum sempat berpamitan dengan Dunyazad adiknya. Mendengar itu, Raja Syahrayar segera mengirim utusan untuk memanggil Dunyazad untuk datang ke istana. Setelah Dunyazad tiba di istana, Syahrazad bersama adiknya berbincang- bincang dengan Raja Syahrayar. Di tengah perbincangan, Dunyazad menyela, "Wahai kakak, ceritakanlah kepada kami cerita yang pernah kakak ceritakan kepadaku." "Baik, akan tetapi kakak akan merasa sangat terhormat seandainya baginda raja sendiri yang berkenan mengizinkan kakak untuk bercerita," jawab Syahrazad. Raja pun mengizinkan Syahrazad untuk menyampaikan cerita seperti yang diminta oleh adiknya Atas perkenan Raja Syahmyar, Syahrazad segera bangkit dari tempat duduknya dan memulai kisahnya….Bersambung