Rabu, 07 Januari 2015

1001 Malam Saudagar Dan Seekor Kijang


"Wahai raja jin yang baik. Ketahuilah, bahwa sebenarnya kijang ini adalah salah seorang sepupu hamba. Hamba telah menikahinya sejak dia masih kecil. Kami  telah  hidup  berumah  tangga  selama  tiga  puluh  tahun,  namun  kami tidak kunjung  dikarunai  anak.  Maka hamba  menikahi salah seorang budak perempuan yang darinya hamba berhasil mendapatkan seorang anak laki-laki yang memiliki wajah yang tampan seperti bulan purnama .
Setelah lima belas tahun berlalu, dan putra hamba yang tampan itu telah tumbuh besar, tibalah saatnya hamba untuk pergi berdagang bersama seorang saudagar besar.  Pada  saat itu,  sepupu hamba yang sekarang telah berubah menjadi kijang ini, telah menguasai ilmu sihir yang ternyata telah dipelajarinya sejak ia masih kecil.
Seiring dengan kepergian hamba, dengan kemampuan yang dimilikinya, sepupu hamba ini menyihir putra hamba menjadi seekor anak sapi, sedangkan istri hamba yang kedua disihir menjadi seekor sapi betina. Sepupu hamba yang jahat ini kemudian menyerahkan anak dan istri hamba yang telah dia sihir itu kepada seorang peternak.
Ketika hamba kembali dari perniagaan, hamba bertanya kepada sepupu hamba ke mana gerangan perginya anak istri hamba. Sepupu hamba ini menjawab  bahwa  istri hamba  telah  meninggal  dunia,  sedangkan  putra  hamba pergi entah ke mana. Sepupu hamba ini berkata bahwa dia tidak mengetahui ke mana perginya putra hamba.
Setahun penuh hamba tinggal sendirian di rumah. Hamba hanya bisa ber-sedih sampai akhirnya tibalah hari raya kurban. Karena hamba berniat untuk berkurban,  maka  hamba  memesan  seekor  sapi  betina  yang  gemuk  kepada
seorang  penjual  sapi.  Penjual  sapi  itu  kemudian  datang  dengan  membawa
seekor sapi yang gemuk. Sungguh hamba tidak mengetahui bahwa sebenarnya sapi itu adalah istri kedua hamba sendiri yang telah disihir oleh istri hamba
yang pertama.
Ketika hamba tengah bersiap-siap untuk menyembelih sapi itu, dan pisau pemotong yang akan hamba gunakan juga telah hamba hunuskan di depan sapi betina yang telah dibaringkan, tiba-tiba sapi betina yang hamba beli itu menangis tersedu-sedu. Karena tak tega, hamba akhirnya menolak untuk menyembelih sapi itu dan meminta agar si penjual sapi saja yang menyembelihnya. Penjual sapi itu menyanggupi dan langsung menyembelih sapi betina yang tidak lain adalah istri hamba sendiri.
Penyembelihan selesai. Aneh. Tak ada daging atau lemak yang dapat hamba ambil dari sapi itu. Yang ada hanya kulit dan tulang. Sambil menyesali pilihan hamba, kulit dan tulang sapi itu hamba berikan begitu saja kepada si penjual sapi dan hamba kembali memesan untuk dibawakan seekor anak sapi yang gemuk. Penjual sapi itu kembali memenuhi pesanan hamba, dan tak lama dia telah membawa  seekor anak sapi yang tidak lain adalah putra hamba yang telah disihir oleh istri hamba ini.
Ketika anak sapi itu melihat hamba, anak sapi itu menangis. Melihat hal itu, hamba lagi-lagi menjadi tidak tega untuk menyembelihnya. Hamba pun berkata kepada si penjual sapi, "Bawakanlah untukku seekor sapi betina yang
lain."

Tanpa terasa, pagi telah tiba. Syahrazad menghentikan kisahnya.
"Duhai, indah nian cerita yang kakak sampaikan," Dunyazad memuji kakaknya.
                    "Baiklah, jika memang kau suka, kakak akan ceritakan kelanjutan kisah ini nanti
 malam. Itu pun kalau Raja Syahrayar berkenan memberi kesempatan kepada kakakmu
ini untuk hidup satu malam lagi agar kakak dapat melanjutkan cerita kakak tadi,"
jawab Syahrazad.
Mendengar perkataan itu Raja Syahrayar hanya bergumam di dalam hati, "Demi Allah,  tak mungkin kubunuh gadis ini sebelum kudengar kelanjutan kisah yang diceritakannya itu."
Demikianlah, malam pertama berlalu dengan aman dan damai. Raja Syahrayar
yang kejam keluar menuju ruang utama istana. Di luar ruangan, tampak menterinya
telah menunggu sambil membawa sehelai kain kafan yang dipersiapkan untuk mengubur
putrinya. Ketika bertemu menterinya itu, Raja Syahrayar hanya diam, sedangkan sang
menteri tak berani berkata apa-apa dan hanya menelan keheranan yang dirasakannya.
Raja Syahrayar berlalu, masuk ke dalam istananya. Malam kembali datang. Syahrazad, Dunyazad, dan Raja Syahrayar telah duduk di satu meja.
"Ayo kak, lanjutkan cerita kakak yang kemarin," Dunyazad tarnpak tak sabar mengatakan itu kepada kakaknya.
"Baik, akan tetapi aku baru akan melanjutkan ceritaku atas izin dari baginda raja," jawab Syahrazad.
"Lanjutkan ceritamu," ujar Raja Syahrayar.
Syahrazad pun melanjutkan kisahnya.

Ketika si kakek tua melihat tangisan anak sapi yang dibelinya, muncul rasa iba di dalam hatinya. la lalu berkata kepada penjual sapi, "Peliharalah sapi ini bersama hewan peliharaanmu yang lain."
Jin yang mendengar kisah itu terkejut. Kemudian kakek tua pemilik kijang itu melanjutkan ceritanya,  "Semua kejadian itu terjadi di depan mata istri hamba. Dan dia terus mendesak hamba agar anak sapi itu disembelih saja, karena anak sapi itu gemuk dan untuk menyembelihnya sebenarnya tidak terlalu sulit. Istri hamba itu lalu meminta agar penjual sapi itu mengambil anak sapi yang hamba pesan.
Pada  keesokan harinya,  ketika hamba  sedang duduk -duduk di rumah , datanglah si penjual sapi seraya bertanya, "Tuan, apakan Tuan mengizinkan saya
untuk menyampaikan sesuatu hal yang pasti akan membuat tuan senang ?'"
"Tentu," jawab hamba.
Si penjual sapi itu lalu memulai ceritanya, "Saya memiliki seorang putri yang mempelajari ilmu sihir sejak kecil. Kemarin, ketika tuan meminta saya membawa  pulang  anak  sapi  yang  tuan  pesan,  saya  membawa  sapi  itu  ke hadapan putri saya itu. Anehnya, ketika putri saya melihat anak sapi itu, putri
saya menundukkan wajahnya. Dia menangis sebentar dan kemudian tertawa.
Dengan wajah merona karena malu, putri saya berkata kepada saya,  'Ayah, mengapa  ayah  membuatku  malu  dengan membawa  seorang pemuda  asing ke hadapanku .' Saya heran bukan kepalang dengan perkataan putri saya itu
dan bertanya padanya di mana pemuda yang dia maksud, dan mengapa dia
menangis lalu  tertawa.  Putri saya lalu memberitahu bahwa  anak sapi yang
saya bawa itu sebenarnya adalah anak tuan yang telah disihir bersama ibunya oleh istri pertama ayahnya. Hal itulah yang membuatnya tertawa. Sedangkan hal yang membuat dia menangis adalah kejadian tragis yang menimpa ibu si sapi yang harus tewas di tangan ayahnya sendiri yang menyembelihnya. Tak sabar rasanya saya menunggu pagi datang untuk segera memberi tahu tuan tentang perkara ini."
"Wahai Paduka Raja Jin, ketika hamba mendengar penuturan si penjual sapi itu, hamba langsung pergi bersama si penjual sapi itu ke rumahnya. Pikiran hamba melayang-melayang karena kegembiraan yang meluap . Sesampainya hamba di rumah si penjual sapi, putri si penjual sapi langsung menyambut kedatangan hamba. Dia mencium tangan hamba, sementara putra hamba yang berwujud anak sapi langsung menempelkan kepalanya ke tubuh hamba."
"Benar,  anak  sapi  itu  memang  putra  Tuan,"  ujar  putri  penjual  sapi itu  kepada  hamba .  Hamba  lalu  berkata  padanya ,  "Nak ,  jika  kau  dapat menyelamatkan putraku, aku akan memberikan harta dan hewan ternak yang banyak  kepadamu ."
Putri penjual sapi itu hanya tersenyum, kemudian ia berkata, "Tuan, saya tidak bersedia menerima semua pemberian Tuan kecuali dengan dua syarat. Syarat pertama, Tuan harus bersedia menikahkan saya dengan putra Tuan. Dan syarat yang kedua, izinkan saya untuk menyihir dan memenjarakan orang yang telah menyihir putra Tuan, karena jika tidak demikian, saya khawatir orang itu akan berbuat jahat kepada saya."
"Wahai  Paduka  Raja Jin,  ketika  hamba  mendengar  penuturan  putri  si penjual sapi itu, hamba  pun berkata  padanya , 'Baik, aku  akan memberikan kepadamu harta yang banyak dan aku halalkan darah istri  pertamaku yang
jahat itu'."
Setelah  putri  si  penjual  sapi  itu  mendengar  perkataan hamba,  dia  lalu mengambil cangkir yang diisinya dengan air sampai penuh. Setelah merapalkan mantera, putri penjual sapi itu menyiramkan air mantera itu ke tubuh putra hamba yang masih berwujud anak sapi seraya berseru,  "Jika Allah memang menciptakanmu sebagai seekor sapi,  tetaplah kau  sebagai sapi. Akan tetapi jika  engkau  adalah  seekor  sapi  hasil  perbuatan  sihir,  kembalilah ke  wujud asalmu dengan izin Allah!"
Setelah putri si penjual sapi itu selesai mengucapkan doa, tiba-tiba anak sapi itu berubah menjadi manusia. Hamba pun langsung memeluk putra hamba yang telah berubah wujud.
"Demi Allah, ceritakan pada ayah semua yang diperbuat oleh ibu tirimu terhadap dirimu dan ibumu," kata hamba .
Panjang lebar putra hamba menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya dan ibunya.
Seusai  mendengar penuturan  putra hamba,  hamba berkata  kepadanya,
"Wahai putraku , sebenarnya ketetapan Allah-lah yang telah menyelamatkan-
mu."
"Wahai Paduka Raja Jin, setelah itu hamba pun menikahkan putra hamba dengan putri si penjual sapi. Sedangkan istri pertama hamba yang jahat telah diubah wujudnya menjadi seekor kijang yang sekarang hamba bawa ini. Setelah peristiwa itu, hamba berjalan ke tempat ini dan tanpa sengaja, bertemu dengan orang-orang ini. Hamba memang berniat untuk tetap di sini karena hamba ingin melihat gerangan apakah yang akan terjadi. Demikian cerita hamba."
Raja Jin  itu  lalu  berkata,  "Sungguh  ceritamu  tadi  adalah  cerita  yang menakjubkan. Oleh sebab itu, aku gugurkan sepertiga dari hukumanku terhadap pedagang kaya yang telah membunuh anakku itu."


Setelah  mendengar ucapan jin itu,  kakek tua  yang membawa dua  ekor
anjing  pemburu  berdiri  dan berkata  kepada  sang jin,  "Wahai  Paduka  Raja
Jin,  ketahuilah bahwasanya  kedua  anjing yang hamba bawa  ini  sebenarnya
adalah saudara kandung hamba (Baca kisah Selanjutnya Saudagar Dan Dua Ekor Anjing)